Pendidikan
adalah salah satu masalah yang terus menimbulkan pro dan kontra di masyarakat
Indonesia. Setiap keputusan yang telah diambil oleh Pemerintah Indonesia,
selalu saja menjadi pembahasan berkelanjutan di masyarakat, khusunya bagi
penuntut ilmu itu sendiri, yang berkaitan langsung dengan segala keputusan
pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan.
Contohnya
saja Ujian Nasional (UN) yang saat ini sedang berlangsung di Indonesia. Setiap
tahun selalu terjadi peningkatan kesulitan bagi para peserta UN. Tahun ini,
terdapat 20 paket soal, yang dapat dikatakan dalam satu ruang ujian, tidak
terdapat paket soal yang sama. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang terdapat 5
paket soal, sehingga dalam satu ruang ujian, terdapat 4 soal yang berpaket soal
sama. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penyontekan, tentu hal ini
baik.
Namun, pada
tahun ini terdapat 11 provinsi yang UN tingkat SLTA harus diundur dikarenakan
soal ujian yang tidak selesai tepat pada waktunya. Tentu ini akan merusak
‘emosi’ para peserta ujian, yang tentu saja dapat mempengaruhi proses
berlangsungnya ujian, dan tentu saja hasil dari ujian tersebut. Apakah
pemerintah telah mempertimbangkan hal ini?
Banyak
masyarakat yang berpendapat bahwa UN itu tidaklah memperbaiki tingkat
pendidikan di Indonesia dan juga tidak membuat pemerintah memperhatikan
pendidikan di daerah pelosok Indonesia. UN bertujuan untuk menyamaratakan
pendidikan di Indonesia dan melatih kejujuran sejak dini pada para peserta
didik. Namun pada kenyataannya, sebelum UN berlangsung, seketat apa pun
pengawasan pihak yang berwajib terhadap soal ujian, kita sama-sama tahu bahwa
masih saja terjadi kebocoran soal di kalangan pendidik dan peserta didik.
Selain itu,
bagaimana dengan pendidikan di pelosok Nusantara? Apakah terjadi peningkatan?
Mungkin saja ada beberapa sekolah yang terjadi peningkatan pendidikan, akibat
dari diadakannya UN. Namun, seperti yang dapat kita saksikan di daerah kita dan
melalui televisi, masih banyak sekolah-sekolah yang tidak mendapat perhatian
dari pemerintah.
Bangunan
sekolah yang hampir rubuh, tidak adanya fasilitas buku penunjang pendidikan,
akses menuju sekolah yang harus mempertruhkan nyawa, dan lain sebaginya. Apakah
sekolah-sekolah seperti ini harus disamakan dengan sekolah-sekolah di Ibukota
yang memiliki kemewahan yang sangat dahsyat. TENTU SAJA TIDAK!!!!!!!!!!
Pemerintah
seharusnya lebih memperhatikan kebutuhan sekolah-sekolah itu. Dana yang
milyaran rupiah, yang digunakan untuk melaksanakan UN (yang gagal mencapai
maksud dan tujuannya) akan lebih berguna bila digunakan untuk memperbaiki
pendidikan di sekolah-sekolah yang memang sangat sangat sangat membutuhkan
perhatian dari Pemerintah Indonesia (yang bertanggungjawab).
0 komentar:
Posting Komentar